6 Mitos Mengenai Sperma Yang Layak Ditinggalkan

6 Mitos Mengenai Sperma Yang Layak Ditinggalkan
18 March, 2009 - 14:34

Astaga!HidupGaya - Kaum pria tentu erat kaitannya dengan sperma. Yap! Sel pembuahan yang dihasilkan oleh pria memang berperan penting dalam proses reproduksi. Namun ternyata masih banyak orang, terutama kaum wanita yang belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sperma, akibatnya banyak mitos-mitos salah yang masih dipercaya.
Seks boleh dibilang sangat terbuka keberadaannya sekarang ini. Walaupun sebagian besar masyarakat kita masih belum siap mengungkapkannya. Seperti mitos tentang sperma. Banyak pria terutama, maupun wanita yang masih salah pengertian atau bahkan masih kurang paham mengenai segala sesuatu tentang sperma. Berikut simak saja penuturan mitos-mitos itu, dan bagaimana keadaan sebenarnya:
1. Pria yang mempunyai sperma encer, berarti mandul? Benar? Salah total! Kebenarannya adalah, keenceran sperma secara harafiah tidak menentukan tingkat kesuburannya, melainkan ditentukan oleh jumlah, pergerakan sperma, dan kandungan spermanya normal atau tidak.
2. (Saat mendengar yang satu ini mungkin Anda akan tertawa) Sperma adalah obat jerawat, dan apabila kita (wanita/pria) meminumnya, maka kita akan awet muda. Itu adalah kebohongan dan hanya orang bodoh yang mempercayainya.
Kepercayaan itu kuno sekali. Sperma seorang pria tidak ada yang mengandung hormon penghalus kulit. Dan, sebagai obat awet muda, mungkin saja kepercayaan ini hanya hidup di kalangan homoseksual yang hanya melakukan felatio atau menghisap kemaluan pasangan mereka saat bercinta - tidak lebih dan tidak kurang. Kalau benar, tidak mungkin manusia menjual produk kesehatan, kosmetik penghalus dan pembuat kulit awet muda seperti sekarang, bukan? Karena buat apa repot-repot membeli kosmetik, kalau dengan bantuan sperma saja kulit kita sudah halus dan jadi awet muda.
3. Pria yang tidak mengeluarkan sperma sewaktu bercinta berarti pernah menderita suatu penyakit kotor, dan sperma pria akan bercampur darah bila ia menderita penyakit kelamin. Mitos ini tidak benar sama sekali. Karena bisa saja katup pengatur di kemaluan pria terjadi kerusakan.
Atau ini sebagai efek samping dari pria yang sedang menjalani pasca operasi prostat, yang tidak bisa menutup klep ke saluran kandung kemihnya ketika ejakulasi berlangsung. Sehingga sperma mengalir ke dalam kandung kemih dan bukan keluar lewat saluran kemaluan. Atau memang spermanya tidak pernah keluar karena hal-hal seperti ada gejala kanker prostat, kencing manis, ataupun karena ada gangguan pada saraf kemaluan yang dalam bahasa kedokterannya disebut ketidakmampuan berejakulasi (retarded ejaculation). Dan, sperma yang bercampur dengan darah mungkin tidak lebih dari gejala adanya gangguan di buah zakar atau di prostat, mungkin saja ada kanker atapun infeksi di kedua organ itu, sehingga sperma yang keluar bercampur dengan darah.
4. Lain dengan mitos yang mengatakan bahwa seorang pria yang sudah disteril saat bercinta tidak lagi mengeluarkan sperma sewaktu ia mencapai ejakulasi. Tidak begitu, karena seorang pria yang sudah disteril sekalipun, pasti akan mengeluarkan sperma. Hanya kandungan isi spermanya saja yang sudah berubah menjadi getah-getah yang keluar dari kelenjar kemaluannya tidak lebih.
Kita harus tahu bahwa hanya satu persen sperma berisikan sel spermatozoa/sel benih, dan 99 persen yang berisi getah-getah itu. Jadi yang dipilih hanyalah sel benih yang selanjutnya diproduksi di buah zakar yang selanjutnya dialirkan ke kelenjar prostat untuk bercampur dengan kelenjar-kelenjar lainnya di sana. Lalu keluarlah menjadi kelenjar ejakulat atau sperma.
5. Lalu ada juga mitos yang mengatakan bahwa sperma tidak akan bisa menembus pakaian dalam sehingga tidak ada resiko kehamilan, dan sperma yang dibuang keluar sewaktu melakukan senggama terputus tidak membuahkan resiko kehamilan. Belum tentu tidak hamil. Kemungkinan hamil itu pasti ada. Sebab ukuran spermatozoa/sel benih itu cuma beberapa mikron, jadi masuk akal bila sel seukuran itu menembus tenunan kain pakaian pria maupun wanita. Jadi tidak menjamin tidak terjadi kehamilan bukan?
Begitu juga dengan sperma yang dibuang keluar saat senggama terputus. Karena cairan awal yang keluar selama ereksi memuncak sudah mengandung sel benih, jadi, sebelum Mr. P ditarik keluar kemungkinan benih sudah ada yang masuk ke dalam Miss V. Karena itu senggama terputus selama ini bukan tergolong cara KB yang dianjurkan. Sebenarnya hal ini dapat dimaklumi karena kadar kegagalam kondom pun sangat tinggi dibandingkan dengan pil, suntik ataupun spiral. Jadi kemungkinan ini menjadi lebih besar lagi saat seorang pria tidak menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual, walaupun sudah melakukan senggama terputus.
6. Dan, jangan sekali-kali menganggap kalau kita dapat memperbanyak produksi sperma dengan banyak memakan putih telur. Itu salah besar. Karena kondisi banyak-tidaknya sperma ditentukan oleh kondisi buah zakar. Selama buah zakar normal, banyak memakan makanan bergizi dan berprotein, maka produksi sperma akan normal. Dan satu hal lagi, putih telur tidak lebih bergizi dari kuningnya, seperti halnya kaldu daging tidak lebih bergizi dari dagingnya.
Jadi, apakah Anda (pria/wanita) akan terus mempercayai mitos-mitos ini? Memang semuanya kembali pada diri masing-masing individu. Tetapi dengan kemajuan teknologi dan perkembangan pola pikir manusia, terutama orang Indonesia, masih mungkinkah mitos ini hilang?

0 komentar: